SINGGALANG RIAU - Selama lebih dari 70 tahun, Lapangan Minyak Duri di Riau telah menjadi pusat energi yang mendukung Indonesia.
Sejak ditemukan pada 1941 dan mulai berproduksi pada 1954, lapangan seluas 67,28 km² ini telah menghasilkan lebih dari 2,75 miliar barel minyak mentah, menjadikannya salah satu yang terbesar dan paling produktif di Indonesia.
seorang engineer senior di lapangan Duri, Cece Muharam menceritakan bagaimana penemuan sumur minyak pertama disusul oleh penemuan-penemuan lainnya, menunjukkan besarnya cadangan minyak di Duri.
Produksi awal sempat terhenti karena Perang Dunia II, namun dilanjutkan kembali setelah Indonesia merdeka.
Pada 1958, pipa-pipa dari Duri terhubung ke Pelabuhan Dumai. Produksi minyak mencapai puncaknya pada 1965 dengan 65 ribu barel per hari, namun menurun seiring dengan berkurangnya tekanan reservoir.
Teknologi injeksi uap (_Steamflood_) kemudian diperkenalkan pada 1985, yang mengembalikan produksi ke puncaknya pada 1995 dengan 302 ribu barel per hari.Rikky Rahmat Firdaus dari SKK Migas Wilayah Sumbagut menyatakan bahwa kontribusi Lapangan Duri terhadap perekonomian Indonesia sangat besar, mendanai berbagai proyek infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan di seluruh negeri.
Setelah alih kelola oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) pada 2021, berbagai inisiatif dilakukan untuk memperpanjang masa produktif lapangan ini.
Corporate Secretary PHR WK Rokan, Rudi Ariffianto, menegaskan komitmen perusahaan untuk mengelola lapangan secara berkelanjutan, demi memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan negara.
PHR juga mengajak masyarakat untuk menjaga aset negara dan objek vital nasional ini agar dapat terus memberikan kontribusi bagi ketahanan energi nasional.
Editor : Mhd Ihsan